NMNTVKU.blogspot.com-Cerbung Prahara Cinta Seorang Syarifah #Ep.01
PROLOG
Hembusan
angin pagi menyibak rambut panjangnya yang terurai. Duduk termenung dibawah
pohon dekat sekolah. Pikirannya melayang jauh, mengingat riwayat hidupnya yang
penuh liku. Matanya tertutup mencari-cari imajinasi karya tulisnya. Jauh dari
hiruk pikuk tangan mungilnya bergerilya memainkan pena diatas buku tulis.
Ghina Masyhar, gadis kecil yang
berbeda. Gadis kecil tegar menjalani hidup. Ia mencintai kesunyian, seperti
hidupnya yang selalu sepi. Ghina seolah hidup sebatang kara di sebuah panti
asuhan bersama teman-teman sebaya. Namun sikap dan prinsip ia seolah tak punya
teman. Tersenyum pun rasanya buang-buang waktu saja. Hingga pada suatu saat,
ghina diadopsi oleh seorang laki-laki berjubah yang mengaku sebagai kakeknya.
Awalnya ia menolak, tapi dengan dorongan ibu sa’idah, ghina terbujuk. Itupun
membutuhkan waktu yang tak sebentar.
Di kehidupan ghina sekarang juga
sama. Tetap saja mematung. Butuh waktu yang lama untuk ghina bersosialisasi
dengan lingkungannya. Kakekpun hanya berani menyuruhnya makan, mandi, &
belajar saja. Nama ghina masyhar itu didapatkanya karena nama sang kakek adalah
masyhar ali.
* * *
Terik panas sang surya
menggeliat, serasa api neraka menjilat bumi pertiwi yang sedang dilanda
kemarau. Keringat segar menjadi penghias wajah mulusnya disiang hari. Kemarau
panjang bulan ini tak menjadi alasannya malas menulis. Dengan peluh didahi, ia
tetap bertahan didalam kelas. Memainkan pena, menuangkan beberapa ide pokok di
sebuah buku tulis. Sesekali pandangannya mengerjap diseluruh sudut kelas,
mencari sesuatu yang mungkin bisa menjadi bantuan pikirannya .
Dalam ketenangan, tiba-tiba
sebuah telur melayang dan jatuh ditepat kepalanya. Ghina terkesiap, kemudian
disusul dengan taburan tepung tapioka dan racikan bumbu dapur. Serangan itu datang
bertubi-tubi, menyiksa tubuhnya tanpa ampun. Namun setitik air matapun tak
jatuh juga. Ghina terbiasa dengan semua ini bahkan yang lebih parah pun ghina
terbiasa.
“Wah….. Si culun yang katanya
jago nulis itu lucu ya..,kayak martabak”, seru salah teman sekelasnya. Semua
orang tertawa lepas didepannya. Menertawakan luka hatinya. Ghina memandang
tajam kea rah buku tulis yang terkapar didepan papan tulis. Beberapa kaki
mereka menginjak-injak buku itu tanpa dosa. Ia hanya menelan ludah melihat
temannya melakukan aksi brutal pada bukunya. Sekuat apapun hatinya, ia mampu
menangis menyaksikan hancurnya buku itu oleh orang lain. Itu bukan kali pertama
untuknya. Namun kali ini benar-benar menyakitkan.
“Cukup….!!!”, Sentaknya keras.
Matanya merah padam tapi enggan untuk menangis. Nampak kemarahan akbar
diwajahnya pada mereka. Ia melangkah mendekat kea rah buku itu.
“Makasih
untuk semuanya.., belum puaskah kalian menyakiti aku, apa kalian tidak punya
hati ?!! tidak punya perasaan ?!!, kelakuan kalian seperti anak yang tidak
pernah dapat kasih sayang dari orang tua”,
Semua orang terdiam, terutama
mereka yang menyakiti hati ghina. Tanpa menunggu lama, ia pungut serpihan
kertas dari buku itu yang tercecer hancur. Dan lalu beranjak pergi meninggalkan
kelas yang lusuh itu.
* * *
4 tahun kemudian …
Waktu terasa cepat berputar,
menerima ijazah SMA saja bagi vita tak cukup. Sebagai anak dari keluarga
ternama, vita ingin berpendidikan lebih tinggi seperti kakak tercintanya.
Dengan meraih impian setinggi mungkin di sebuah universitas negeri. Dari
beberapa informasi, vita diterima di 3 universitas negeri setelah mendaftar.
“Pah, vita bingung nih pilih
universitas yang mana?”, tanyanya menggelayut di punggung sang ayah.
“nggak usah bingung-bingung,
papa sudah punya pilihan universitas terbaik untuk kamu”, jawab sang ayah
enteng.
“hah..?! universitas apa itu pa
?”, Matanya berbinar mendapati jawaban sang ayah.
“Anwarul mukminin”, Keningnya
berkerut papa vita terlihat santai menanggapinya yang penuh harap.
“kok Anwarul Mukminin ?! emang
ada pa, universitas negeri namanya anwarul mukminin ?”,
“itu bukan universitas negeri,
tapi pesantren sayang”,
“hah ?! pesantren ???!!!”,
Sang ayah tersenyum mafhum.
Garis-garis ketampanan beliau masih terlihat meski sudah berkerut, termakan
oleh usianya dan sang ayah beranjak dari tempat duduknya, berjalan menjauh
meninggalkan putri bungsunya yang terbengong sendirian di depan telesivi. Sang
ayah tak ingin mendengar penolakan dari anaknya lagi. Kali ini beliau
bersikeras dalam mendidik. Beliau ingin yang terbaik untuknya nanti. Siraman
rohani dipesantren adalah pilihan ayah sebelum menyandang status mahasiswa,
seperti halnya kakaknya dulu.
Disebuah bangunan megah hijau
tua, keluarga Ibrahim dating berkunjung sekedar bersilahturahmi pada pengasuh
‘anwarul mukminin’, mengantar putri semata wayangnya bertholabul ilmi.
Diliriknya anak bungsu yang tengah meracau meminta untuk pulang. Pak Ibrahim
menyuruhnya diam, beliau tak peduli lagi sekarang. Pendidikan agama saat ini
sangat penting, apalagi untuk orang seperti vita yang kebanyakan mengelabui
papanya.
“pa, yang bener aja sih masak
vita dipesantren ?, nggak banget deh, vita pasti tersiksa disini pah”,
gerutunya kesal, sang ayah acuh tak acuh meliriknya sedikit. “kamu itu sok tau,
belum dicoba kok bilang tersiksa, justru disini kamu lebih baik, nyatanya kak
aji jadi orang sukses kan sekarang ?, sudahlah, ikuti saja apa kata papa
saying.”
Langkahnya berat mengikuti
petuah sang ayah sampai didepan pondok. Setelah menghadap pengasuh pondok, sang
ayah mengantarnya pada seseorang yang menunggunya dengan anggun didepan pondok.
Seorang wanita muslimah tersenyum sebagai tanda pengenalan pada santri baru.
“nitip vita ya mbak, hokum aja
kalo dia salah, nggak usah sungkan-sungkan”, pesan sang ayah pada wanita
muslimah orang pertama yang ditemuinya di ‘anwarul mukminin’.
“iya pak, insya Allah”,
“ya sudah kalau gitu saya pamit
pulang dulu. Vita, papa pulang ya, ingat jangan nakal”, vita masih enggan untuk
memandang papanya.
“mari vita, aku antar ke kamar
kamu”, mbak zahro menarik tangannya pelan. Vita manut saja seperti kerbau
dicunguk hidungnya. Bagaimana tidak, baru kali ini vita menapak lantai
pesantren. Rasa asing menjalar keseluruh tubuhnya. “nah, ini kamar kamu vit,
dan itu semua teman kamu”, matanya liar memandang seluruh sudut ruangan, mulai
dari tempat tidur, almari, sampai kamar mandi, ia bergidik. Tak ada yang
menyejukan sama sekali untuknya. Teman-teman sekamarnya juga memandangnya penuh
tanya, lagaknya yang asing itu membuat teman-temannya juga acuh menanggapinya.
“gimana vit?, ada yang perlu di
tanyakan lagi? Kalau gak ada, aku balik ke kamarku”, tanya mbak zahro sehalus
mungkin.
“nggak
ada”, jawabnya acuh.
“ya
sudah kalau begitu aku balik kekamar”,
“Hmmmm….”,
Pandangannya berkeliling lagi disekitar kamar,
“tempat
tidur apaan sih kayak begini, gak ada kasur, gak ada selimut, pondok apaan sih
ini !! Huuuhh !!”, ceracaunya keras. Semua mata memandangnya dengan sengit,
bisa-bisanya santri baru mencerca majlis yang barokah mereka. Merasa sok kaya,
serta berkoar-koar di tengah-tengah kamar tanpa malu.
“kalau
memang pengen tidur enak ya nggak usah dipondok, di hotel aja sana, sombong
banget sih”, sahut salah satu santri, teman sekamarnya.
“kalau
gak karena keinginan bokap juga ogah ke pondok, mending clubbing aja,
seneng-seneng sama temen gue”,
“ya
udah pergi aja sana, siapa suruh kamu disini, kita juga nggak peduli, dasar
cewek badung”,
“eh,
lo ngajak ricuh ?!, sini kalo berani, emang kenapa kalo gue badung, dari pada
lo semua cupu, kuper !”, vita melangkah maju kearah mereka. Tak ada satupun
dari mereka yang menanggapi celoteh murahan novita. Mereka memilih pergi,
membiarkan vita yang masih berkoar-koar sendiri ditengah kamar.
Nonton film drama korea saat ini sangat mudah, cukup donwload aplikasi MYDRAKOR di googlePlay gratis, banyak film drama korea terbaru dan pilihan, jangan samoe ketingalam
ReplyDeletehttps://play.google.com/store/apps/details?id=id.mydrakor.main&hl=in
https://www.inflixer.com/
Bentuk tampilan nya kurang enak dilihat.
ReplyDeleteCoba seperti ini :
https://cerita-sambung.blogspot.com/?m=1
Mampir gan
ReplyDelete